Perkenalkan namaku Anyelir Pratami, yang biasa di panggil ay. Aku tumbuh dan besar di keluarga yang patah, ayah dan ibuku sudah bercerai sejak aku masih berusia 3 tahun. Aku mempunyai sosok manusia bak malaikat, dia adalah duniaku, hidupku, juga cinta pertamaku. Dia adalah ibuku, darinya aku belajar kasih, sayang, cinta, dan pahit nya kehidupan. 

Tumbuh di keluarga yang tidak baik baik saja bukanlah hal yang mudah. Mungkin dulu waktu aku masih bocah aku belum mengerti apa apa, aku hanya di beri tahu oleh ibu, katanya "ayy, kalau ada yang nanya tentang ayah, ayy jawabnya ayah sama ibu udah pisah." Itu yang ibu katakan, dan ay kecil hanya menganggukan kepala saja tanpa mengerti arti perpisahan yang sebenarnya. 

Sampai sekarang waktu yang membawaku dewasa, semesta yang terus mengajakku untuk berpetualang menyusuri kehidupan, dan luka yang tak pernah henti memeluk ku. Bagi anak perempuan lain, ayah adalah cinta pertama anak perempuan, tapi itu tidak berlaku untukku, 17 tahun bukan waktu yang singkat untuk ibu bisa membesarkan aku. Aku belajar banyak dari nya, dari beliau aku dapat menyimpulkan bahwa wanita tidak di ciptakan untuk lemah, tapi wanita di ciptakan untuk menjadi kuat. 

Ibu ku selalu bilang"ayy, jangan bergantung pada manusia, ayy nya ibu harus bisa jadi wanita yang tangguh". Setiap part di kehidupan ku masih terekam jelas di memoriku. Setiap malam aku selalu merindukannya, aku tidak tahu bagaimana keadaan ayah sekarang, apakah kulit nya sudah tidak kencang lagi, dan muncul kerutan di dahinya, apakah rambutnya sudah mulai memutih seperti rambut punya ibu,? Entah lah aku tidak tahu. 

Sesak itu masih ada sampai sekarang, perih itu masih terasa, ternyata kehilangan sangat menyiksa. Aku tidak ingin menempatkan diriku sebagai manusia yang paling tersiksa. Bagaimana dengan orang tua ku yang awal nya dua insan yang saling mencintai, lalu di satukan dengan cara paling halal yaitu pernikahan. Tapi tuhan berkehendak lain, pada akhirnya ibu bukanlah jodoh nya ayah, begitupun sebaliknya dan mereka pun hidup masing masing. 

Ibu tidak pernah melarang ku untuk bertemu dengan ayah, bahkan ibu yang selalu menyuruhku untuk menemui ayah, tapi aku yang tidak mau. Rasanya ketika dekat dengan ayah seperti dengan orang asing, setiap aku menatap manik matanya sesak selalu menyeruak di dadaku. Begitu kejam nya takdir? Aku bukan membencinya hanya saja aku sedikit kecewa. 

Tapi sekarang aku tahu, di balik semua yang terjadi tuhan selalu punya cara untuk hambanya. Mungkin jika keluargaku baik baik saja aku tidak akan sekuat ini, yang patah adalah keluarga ku bukan hidupku, yang berantakan keluargaku tapi tidak dengan masa depan ku. Harapan, cita cita, dan masa depan ku masih menjadi milikku. 

Takdir ku dengan kedua orang tuaku berbeda, mungkin mereka di takdirkan oleh tuhan untuk tidak bersama, tapi masalalu mereka bukanlah patokan masa depanku. Aku bertekad dan berdoa kepada tuhan meminta kepada tuhan, kelak aku ingin menikah satu kali seumur hidup, aku akan merayu tuhan agar tidak ada yang namanya perpisahan kecuali  kematian. Tapi aku tidak pernah tau mana yang akan menjemputku terlebih dahulu, jodoh atau kematian,? Entah lah hanya tuhan yang tahu. 

Belajarlah dari kehidupan, jadikanlah masalalu sebagai cermin di kehidupan selanjutnya, berdamailah dengan takdir, cintai, hargai, diri sendiri. Aku bersyukur atas apa yang aku punya, ibu selalu mengajarkan ku kalau hidup lihatlah kebawah bukan keatas. Mungkin di luar sana banyak yang menginginkan di posisi ku. Maka dari itu aku selalu di ajarkan bersyukur. 

Terus dan tetap semangat, perjalanan masih panjang, belum saatnya untuk berhenti dan menyerah
– Anyelir Pratami


***

Penulis: Sall

Lebih baru Lebih lama